Waktu demi waktu yang berlalu membuat aku mulai memahami apa arti hidup ini, mulai mengerti rasanya kehilangan, mulai mengerti rasanya apa yang dinamakan sabar, dan mulai mengerti apa itu perasaan.
Ketika itu saat yang terlalu dini ketika tuhan mengajarkan apa itu kehilangan, kehilangan itu aku sebut sebagai kehilangan sementara. Sebuah fase dimana ketika yang lain merasakan indah dan hangatnya pelukan kedua orang tua, aku tidak.
Lalu tuhan mengajarkan lagi kehilangan dalam tahap selanjutnya, tahap dimana kali ini si kehilangan harus bergandengan dengan si sabar. Kehilangan papa untuk selama-lamanya ini yang awalnya aku anggap sebagai hal yang biasa, kehilangan yang aku anggap "ah biasa juga seperti ini". Tapi apa kalian tahu ketika aku melihat banyak diluar sana yang bergandengan mesra dengan keluarga lengkap menjadikan aku orang yang paling pemurung? dan kala itu ku perlengkap imun hatiku dengan perasaan sabar.
Dan hingga pada suatu ketika, disaat kali pertama aku merasakan adanya getaran pada lawan jenis...orang-orang bilang bahwa rasa itu seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan didalam perut, ketika pipi seakan memerah, dan seakan kata tak bisa terucap.
Terkadang, bukan hal yang mudah bagiku untuk mengenal lawan jenis...aku bukan wanita yang cantik, memiliki rambut panjang, aku tidak pintar dan khususnya...langsing.
Tiba disaat tuhan memberikan aku percobaan untuk melatih kepekaanku dalam perasaan terhadap seseorang, aku gagal...aku tidak terbiasa dan siap untuk ini. Ketika tiba disaat yang lain, aku mulai nyaman dan menikmati lalu...aku terjatuh dengan hal yang tidak pasti, hingga begitupun selanjutnya. Dan saat itu aku paham...lawan jenis ini amat sangat berbahaya.
Suatu ketika saat aku tumbuh, tumbuh dan tumbuh hingga saat aku terduduk menulis kata demi kata, aku tahu apa yang ingin aku sampaikan. Aku tahu, aku bukan tipe orang yang pandai untuk menceritakan apa yang aku alami ini kepada orang lain, selalu terbata-bata dan selalu begitu.
Aku paham betul bagaimana rasanya jadi seseorang yang selalu menjadi teman berbagi cerita dengan cerita yang itu itu saja, itu membosankan. Dan aku tahu, aku adalah orang yang tidak begitu pandai menerima saran orang lain, apa solusi yang aku butuhkan tapi saat itu pula aku memilih jalan lain, aku hanya mengikuti kata hati.
Kini aku sedang merindu, merindukan ia yang menjadi tak terpisahkan dalam nadiku, dalam darahku, dan setiap hembusan nafasku. Kehilanganmu itu sesungguhnya bukan hal yang mudah, diam-diam aku sulit menerima...tapi lagi-lagi aku diajarkan untuk menjadi manusia yang ikhlas dalam apapun ujiannya.
Papa...
Seseorang yang aku rindukan sosoknya hingga hari ini, andai saat itu perpisahan manapun tidak terjadi...mungkin sekarang aku akan lebih banyak berbagi cerita denganmu, duduk berdua di ruang tv, dengan duduk bersila didepanmu, mendengarkan celotehan nasehatmu kepadaku.
Kadang ketika aku mulai lelah, aku mulai tidak bisa menahan beban, aku rindukan sosokmu yang bisa merangkulku dengan tangan hangat dan mendekapku hingga kau melingkarkan lenganmu dalam tubuhku. Ketika aku ingin mulai menangis hal pertama yang aku ingat adalah sosokmu, sosok yang mungkin bisa memberikan senyuman yang teduh dan mengusap kedua air mataku dengan jemarimu. Dan maaaaasih banyak lagi hal yang aku rindukan bersamamu walaupun sebenarnya tidak pernah aku alami.
Aku bukan tidak butuh mama, mama itu segalanya...ia sosok yang sudah tidak bisa aku gambarkan atau aku tuliskan dengan kata-kata. Tidak ada bidadari yang melebihi kecantikan, keanggunan, serta ketulusan seorang mama.
Mama yang kuat, mama yang sabar, dan mama yang tak pernah mengeluh saat ia kesusahan. Aku tipe orang yang susah untuk diajak berdialog dengan mama, mmm maksudku tidak semua. Ada saatnya dikala aku butuh mama, aku bercerita, tapi ketika tidak? aku bukannya menutup-nutupi, aku hanya tidak ingin perasaan melawan perasaan yang akhirnya menjadi keributan.
Saat itulah aku butuh sosok "ia" yang mencerahkan hari-hariku...aku tidak tahu sebenarnya apa yang kau rasakan, tapi sebelumnya maaf...aku tidak bisa menjadi wanita yang diidam-idamkan kau sebelumnya, aku juga tidak mengerti mengapa ia memilih aku. Berkali-kali aku bilang aku adalah orang yang perasa, terlalu sensitif dengan kata-kata atau nada-nada yang tidak menyenangkan mengenai hubungan ini, antara kau, aku, dan semoga tidak ada kata "dia". Maafkan ketika aku manja, ketika aku egois, dan ketika aku marah-marah, aku hanya merindukan sosok papa yang aku anggap ia bisa hadir dalam sosokmu. Aku yang terkadang tidak percaya diri dengan penampilanku membuat aku merasa tidak bisa membahagiakan orang yang aku sayang. Dalam keadaan seperti ini aku hanya ingin bisa memberimu rasa nyaman, aku ingin memberimu selalu senyuman yang mewarnai hari-harimu, aku hanya ingin bisa menjadi sosok seadanya dengan rasa kasih sayang yang tidak sewajarnya.
Dan teruntuk orang-orang yang aku rindukan dan aku sayangi...
"Kadang untuk mencintai seseorang itu ada hal yang harus dibayar mahal, rindu yang tak terbalas, suara yang tak terdengar, raga yang tidak bisa digapai, serta kesetiaan dan rasa sayang yang tak dapat kita ukur apakah ia bertambah atau berkurang...dan ketika itu pula aku hanya bisa diam dan mendoakan. Tidak hanya untukmu pap, tapi teruntuk semua orang yang aku sayangi."